a long tired journey

23 November 12 kemarin,
Saya memutuskan untuk tetap pergi ke workshop menuls, yang saya intip dari sebuah account twitter @nulisbuku dan @tulisnusantara. Sebuah perjuangan sebelumnya mendaftarkan diri ikut dalam workshop, apalagi akhir-akhirnya saya harus pergi seorang diri. Tidak tahu tempat, tidak tahu jalan, tidak tahu mau naik apa. Ditambah awan sangat gelap saat saya berada di halte busway pasar baru. Ini pasti akan hujan besar.

Entah namanya sial atau harus belajar untuk sabar, bb saya lowbat mati total, karena saya belum sempat menchargenya. Dan lagi bus ke arah harmoni lama tak kunjung datang. Kata mas-mas busway yang super baik hati itu, tempat mengisi bahan bakar ditutup jadi harus ambil bahan bakar ditempat yang jauh, dan jalanan macet. Saya otomatis langsung down, bagaimana saya bisa ke acara yang nun jauh disana, yang tempatnya saya masih meraba-raba, sedang bus dikabarkan baru sampai jam 8. Padahal acara dimulai setengah tujuh.

Selalu ada orang baik yang Tuhan kirimkan disaat saya putus harapan, entah itu mas-mas transjakarta, ataupun Ibu yang menunggu bus kalideres sebelum jam 5 sore. Bayangkan berapa lama ia menunggu. Saya sempat diberi tempat duduk untuk menunggu bus ke arah kalideres, ssya dipinjamkan listrik untuk mencharge bb saya. Tak lama kemudian, bus kalideres tiba. secepat kilat saya membeli tiket,sampai berteriak-teriak meminta tolong bus itu untuk menunggu saya.

Saya sampai di halte harmoni, terkaget melihat antrian panjang dimana-mana. Pundak saya basah terkena hujan. Orang mengantri panjang di antrian blok m, yang tujuan saya selanjutnya transit ke dukuh atas. Blok m ramai sekali, sampai saya berniat mengurungkan niat saya. Apa lebih baik saya pulang saja, hari sudah menunjukan pukul 7 saat itu, saya masih di harmoni. Sambil menunggu saya bertanya pendapat kepada cici dan mama saya. mereka menyarankan saya untuk pulang saja. Tetapi antrian kemudian maju terus, dan saya sudah sulit untuk melangkah mundur keluar dari antrian. Sampai saya akhirnya memutuskan menelepon ke acara workshop tersebut. tak apa datang telat toh acara selesai jam 10, jadi masih ada waktu untuk mengikuti acara. Saya yang memang mudah terepngaruh akhirnya bertekad untuk lanjut. tak lama kemudian, saya sudah di dalam bus.

Ramai dna sesak, itulah suasana bus saat itu. Lagi-lagi bertemu orang baik, Bapak-bapak yang sama ingin turun di Dukuh atas mengajak untuk bareng saja. Saya tetap waspada, walaupun rasanya si Bapak orang yang baik, ia melanjutkan ke Manggarai, sedang saya ambil arah Ragunan. Menunggu bus arah Ragunan cukup lama tak kunjung tiba, mana badan saya basah dan saya seperti orang habis keramas. Rasa-rasanya saya masuk angin.

Bus singkat cerita tiba, saya sampai hafal dari Ragunan ada halte setia budi, dan 2 halte selanjutnya, yang kemudian barulah halte gor sumantri. Saya tidak buru-buru ketika sampai di halte tersebut, padahal sudah jam setengah delapan saat itu. Saya masih bingung jalan masuk ke tempat tersebut. Dari plaza festival, saya masih harus berjalan masuk. Saya pikir ada shuttle bus dari plaza festival ke Epicentrum Walk. ternyata sudah malam dan hujan, jadi saya hanya punya 2 pilihan, eh ditambah 1 pilihan lagi. Pertama saya naik ojek, kedua saya jalan kaki pakai payung, yang ketiga saya ciut dan ambil busway arah pulang.

Setelah lama tanya Bapak di halte, dan mas-mas baik di hatle gor sumantri, saya akhirnya jalan kaki. katanya sekitar 200 m sampai di tempat tersebut. Saya jujur tidak tahu 200 m itu jauh atau dekat. Si bapak awalnya menyarankan untuk naik ojek saja, namun saat ia melihat saya mengeluarkan payung, ia menyuruh saya berjalan kaki saja. Katanya jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh. Jadi terima kasih untuk dorongannya, mas-mas dan Bapak, akhirnya saya nekat berjalan menembus hujan.

Tiga kali saya bertanya pada satpam di mana tempat acara itu berada. Talaga resto, epicentrum walk. saya hampir tersesat, di depan jalan sudah buntu, dan yang ada hanyalah abg-abg yang mungkin masih berumur di bawah saya, yang seperti biasanya  hanya membuat suasana hati saya dongkol. Mungkin saya terlihat seperti orang kerja saat itu, berkemeja, tentunya meminjam kemeja cici saya. Untungnya saya akhirnya masuk dari lobby dan saat belok kanan saya menemukan restoran tersebut. Cukup kecil, sempit, dan tidak ada tempat duduk. jadi selama saya menyaksikan Mbak Albertine Endah berceloteh, saya berdiri dengan payung basah di tangan kiri saya. Sangat melelahkan.

Sampai akhirnya saya dapat kesempatan duduk, dan menulis. Tak lama kemudian acara selesai, berfoto ria, dan saya sempat mengganjal perut dengan pudding tanpa fla. Untunglah saya masih nekad untuk pergi. Acara selesai, saya kemudian menunggu papa saya menjemput. Saya sempat menonton panggung di epincentrum walk, panggung besar dan penataannya bagus. Endah n Rhesa, dengan lagu budaya, dan lagu ost film Cita-citaku Setinggi Tanah. Mimpi jangan hanya berani ditulis, tapi dikejar! Great, menusuk sekali untuk saya. Apa mimpi dan cita-cita saya sebenarnya?

Great performance untuk Endah n Rhesa :) suaranya bagus, penampilan menarik, permainan gitar dan ada band-band yang juga menawan hati saya malam itu. Ramai dan seru. Andai saya bawa kamera malam itu......

Comments