Si realis

Aku tak peduli arti sebuah kehidupan, tak ingin pula aku mencari tahunya. Aku tak peduli melihat tawa yang tak pernah berarti hanya untuk mengartikan ejekan atau memakai topeng untuk membuat status sosial terangkat. Aku tak peduli ketika orang-orang di tempat aku menaikan doa-doaku kemudian tak lagi menyapa, tak lagi ingin bertemu pandang, aku hanya disana untuk menjadi bagian didalamnya. Aku kemudian pura-pura tak peduli ketika aku berdosa melanggar janjiku, merusak janji dan berusaha berjalan menurut kehidupanku sendiri. Aku tak peduli betapa sulitnya mendapatkan teman sejati ketika aku sudah kebal dengan berbagai ombang-ambingnya mood seseorang, atau teman yang ada ketika ia membutuhkan. Aku tak peduli banyak hal, karena peduli hanya mendatangkan pedih, dan pedih hanya mendatangkan tangis, tanpa perubahan apapun.

Realistis, Jakarta, 3 Juni 13.

Comments