Dengarlah semesta

Untuk semesta,
Aku kadang tak mengerti mengapa kehidupan terlihat begitu abstrak. Ia kadang membuat tawa itu sahabat, waktu walau ia sudah terlalu larut malam, merajut harapan yang kemudian membuat impian itu nyata. Walau kemudian di satu sisi kehidupan membuat aku terkejut, seseorang mencuri apa yang bukan miliknya, harta seakan hal yang paling membahagiakan. Seseorang menganggap angkuh dan lebih dibanding lainnya, ia berkuasa ia lebih berarti dibanding yang lainnya. Bukankah sebuah kehidupan itu sama saja? Semua tetap boleh dicintai dan mencintai? Semua boleh merasakan bahagia dan mencintai hidupnya?

Semesta, entah aku merasa bahagia, bahkan berbahagia ketika melihat seseorang berbahagia karena satu hal yang kecil yang sanggup aku lakukan untuknya. Senyum, ungkapan syukur, bukankah itu sebuah doa untuk mengucapkan terima kasih bagi semesta juga?

Semesta, aku tak punya hak apalagi kuasa untuk mengubah seseorang bahkan bagi mereka yang aku selalu ada di dekatnya. Ketika aku sadar disampingku ia salah, ia terlalu egois untuk menyebut itu takdir. Bukankah semua orang mempunyai pilihan? Sama seperti sesorang yang mau berbagi, mau peduli ketika yang lainnya sedang kesulitan. Bukankah semesta ini akan indah jika semuanya mengerti rasanya berbagi kepada yang lain? Bagiku berbagi itu seindah hidup.

Semesta, aku ingin mencintai isi dari milikmu, mendoakan mereka yang berdiri disampingku, mendukung mereka yang duduk disebelahku. Bahkan sanggup mencintai mereka di sana yang belum mampu mencintai hidupnya.

Jakarta, bedroom, 31 agustus 2013

Comments