Rutinitas

Aku rindu untuk menulis ketika begitu banyak pikiran berkecamuk yang membuatku tak henti-hentinya berpikir. Dimanakah sebuah jalan yang sebenarnya harus kutapak ketika dalam keseharian ini kusebut hidup? Aku hanya ingin sederhana, tanpa perlu tahu banyak hal yang dunia ketahui. Semakin banyak kemudian akan semakin membebani. Semakin banyak aku tak tahu semakin aku terlihat bodoh.

Sedang bagiku hidup hanyalah sebuah kesederhanaan dan kepuasan. Memang tidak ada puas yang akan berhenti disatu titik, ia akan terus melaju ke atas, terus melambung. Aku cukup ingin puas dengan tinggal menikmati, puas melihat, tidak berkejaran dengan waktu, menikmati.

Aku lupa rasanya bermimpi ketika begitu banyak kegiatan yang terus terjadwal masuk kedalam pikiranku. Aku lupa rasanya bersyukur ketika dunia ini mengajarkan apa yang kau kerjakan ya itu yang akan kau terima. Aku lupa rasanya menatap langit dan mencium bau hujan ketika aku sibuk duduk didalam mobil, bergosip dan bangga akan keadaan itu. Aku lupa rasanya berdoa ketika aku malu harus berhadapan dengan sang Pencipta. 

Aku lupa dimana itu damai yang teduh, langit sore yang berwarna jingga yang hanya dengan melihatnya aku bisa paham akan sang Pencipta. Aku lupa dimana kebahagiaan ketika aku sanggup mengeja satu nama yang paling aku rindukan untuk aku punyai. Aku lupa dimana cita-cita yang harus kurajut yang nantinya bukan karena uang kukerjakan namun karena aku mencintainya. Aku lupa dimana harus kujaga sikapku ketika orang lain mulai mengusik. Aku lupa harus tetap mepertanyakan kehidupan ini, ketika apa yang kukerjakan bukanlah dengan hati, melukis dengan hati, menulis dengan hati, bernyanyi dengan hati, apapun yang kulakukan. Kemanakah makna itu? 

Jakarta, bedroom,
25 oktober 2013
"Dear God"

Comments