Blame you

Lagi-lagi dengan lantang kusalahkan waktu. Memang salahnya, memberi ruang untuk bertemu.
Lalu dengan seenaknya berlari, menggulingkan kesempatan sampai tiba saatnya aku harus melambaikan tangan.

Lagi-lagi kutatap lekat waktu. Bukan salahnya, aku hanya menatap sosok itu dari kejauhan. Lalu dengan seenaknya bergulir, dari yang jauh sampai tak lagi terlihat mata.

Lagi-lagi kudengarkan waktu berdetik. Pelan. Tapi mengapa aku tetap asing. Padahal sudah disediakannya perjumpaan. Namun hanya detik-detik memandang dan sedikit terlihat. 

Lagi-lagi aku berusaha memeluk erat waktu. Mencoba memohon supaya ia tak berlari terlalu jauh. Supaya ia mau kembali, mengubah ingatanku dari kejauhan untuk mulai mendekat. 
Mengubah tatapan kekagumanku menjadi sebuah teman, mengubah sebuah kesempatan menjadi kenyataan.

Lagi-lagi kubiarkan waktu berjalan. Biarkan aku yang merasakan lambat. 

Lalu kutatap, kurekam jelas raut wajahmu.
Kubiarkan ingatan setidaknya mempersatukan aku denganmu.


Jakarta, bedroom.
Why so fast?
And i'm the wrong one.

Comments