Atap kamarku.

Kamarku beratap segitiga. Atasnya tidak rata, ada sela yang selalu mengingatkanku untuk berdoa. Doa bagiku nafas, apa yang jadi kekuatan disaat kelemahan? Apa yang menjadi keyakinan disaaat goyah? Disanalah aku menetap, bukan untuk terus mengeluh, meminta, tapi untuk sadar waktunya bersyukur itu hadir setiap saat.

Lihatlah ketika aku bisa melihat semesta, bukan pemandangan indah, atau malam yang berselimutkan bintang, bukan pula senja yang dihiasi pelangi. Sela kamarku, pojokan kamarku saat aku memeluk diriku sendiri untuk menangis. Lalu aku menemukan orang yang menari dengan indahnya tanpa musik.  Orang yang terus berjuang tanpa kemampuan. Orang yang melayani dengan hati. Orang yang terus berucap kata syukur, dibalik keadaan yang tidak pernah menentu.

Maka disinilah aku menekuk lututku, melipat kedua jemariku. Berdoa. Bagiku doa adalah nafas. Jika badai memang harus aku lalui, aku tahu disinilah aku meminta kasih, disinilah aku teringat janji, disinilah aku menguatkan semangatku. Di bawah atap kamarku.

Dibawah atap segitiga,
He loves me.

Comments