Imaji-nasi

Hari ini aku berandai-andai.
Aku berandai-andai, jika di dunia yang aku lihat aku tidak menjumpai orang orang yang rajin berkomentar. Orang tidak memberikan respon. Orang tidak memberi like di fb atau reply di twitter atau comment di instag.

Maka aku bertanya seperti apakah dunia?
Bayangkan maka aku akan menemukan kebebasan. Kebebasan berekspresi, kebebasan mengepost sesuatu, kebebasan berkomentar, kebebasan bercuap-cuap.
Namun disatu sisi, aku tidak menemukan kritik. Hal yang buatku bisa membunuh tapi juga bisa membangun. Hal yang menciptakan sukacita, atau hal yang menghancurkan mood.

Kritik itu perlu hanya saja caranya yang seperti apa? Dan tidak adanya respon kadang akhirnya membuat yang indah menjadi kurang indah, yang biasa saja bisa menjadi lebih indah.

Maka aku belajar hidup, dituntut dengan segala yang harus, harus kuliah harus lulus, harus punya sosial media, harus update berita, harus tau gosip, harus punya hobi, harus bagi waktu antara keluarga, sahabat, teman, pacar kalo punya, harus bisa berkarya. Berkarya pun bukan berarti cukup, harus bisa menghidupi, kalau perempuan harus bisa masak, harus ini dan itu.

Tuntutan. Dan omongan orang.
Boleh aku singkiran sejenak?

Comments