Kisah punyaku

"Sini, duduk dulu. Nikmati dulu secangkir teh hangat ini. Aku akan memutarkan lagu band kesukaanmu." Aku termenung sambil menatap. Kamu tahu bukan waktunya aku di sini, maka izinkanlah aku pulang. Aku ingin pulang.

"Apa makanan favoritmu?" Aku terlihat berpikir keras, apa ya? Entahlah buatku apa saja yang bisa digigit, yang enak untuk dikunyah, toh makanan bukan soal rasanya saja, tapi teksturnya juga kan. Aku hanya tahu makanan apa yang aku tidak suka.

"Apa hobimu?" Aku juga berpikir, hobi dengan bakat apa sama? Apa berbeda? Hobi itu apa yang aku suka, apakah itu bermanfaat, dianggap menyenangkan atau tidak, ya terserah. Hobiku belum tentu bakatku. Kesukaanku belum tentu yang aku kuasai. Buktinya ada tokoh impianmu, ada artis yang kamu kagumi.

"Sini. Di sini saja." "Tidak, aku ingin pulang." Mungkin itu halnya yang aku coba mengerti sekarang, semua tidak harus beralasan. Hanya ya, atau tidak. Lalu biarkan lawan bicaramu yang menebak-nebak alasannya.

Kamu tahu halnya kebaikan? Kadang bisa saja menciptakan luka, saat kamu akan terus diperlakukan baik, lalu kamu ga akan siap menghadapi yang sulit nantinya, sendiri.

Kamu tahu, aku hanya coba menjauh, melihat kenyataan kalau hidup hanya boleh aku pasrahkan pada yang di atas, yang memberiku ribuan kesempatan untuk tersenyum lalu beribu cara untuk terharu.

Maka biarkan aku sedikit menyingkir, menata kehidupanku sejenak untuk menikmati sendiri sebelum semuanya di sini berakhir. Aku akan kembali tersenyum, karena sakit, Sang Pencipta mengizinkanku mendapat kasih yang lebih. Namun aku ga mau lupa, kadang kebaikan meninggalkan luka bagi yang lain.

Mungkin giliran aku yang berbicara, "Kadang apa yang aku ucap tidak selalu benar dan apa yang menjadi tingkahku tidak selalu kebiasaanku."

Kadang aku merasa diawasi terus dan aku tidak suka. Tapi aku akui, kadang aku dengan sengaja melakukan ini dan itu untuk menarik perhatian. Bukankah itu wajar? Kadang ingin sendiri, kadang ingin memeluk kawan.

Ini hari kedua dari malam terakhirku di Jogja. Selamat malam, kota yang menyuguhkan aku banyak cerita, banyak kenangan, baik dan buruk dengan cara pandang sederhana. Yang mengajarkan aku malam, yang menceritakan aku senja, yang menyemangatiku siang dan yang memberikanku harapan pagi.

Aku mempunyai banyak kisah, yang mungkin nanti akan terlupa. Tapi biarlah kamu yang sekarang duduk. Lalu bacalah, dan nikmati teh panas tawarmu sendiri.

Jogja, selamat malam dengan cara dan kotamu sendiri.

Comments