Mr.

Tuan, bisakah tuan menghentikan sejenak waktu? Supaya resahku kelelahan mengejarku dari belakang, digantikan dengan apapun tuan, setidaknya mengoles senyum di wajahku.

Tuan, bisakah tuan bercerita padaku? Mengisahkan ribuan pengalaman hidup tuan, berbagilah padaku, gantikan kebingungan dan ketidaktahuanku.

Tuan, bisakah tuan membawaku berlari? Atau bonceng aku di atas roda kehidupanmu? Supaya aku tidak lagi lupa bersyukur saat aku bertemu tuan. Atau saat jujur mengeluh hariku tanpa tuan.

Tuan, bisakah tuan menemui setiap malam? Mengunjungi dalam mimpi tidurku, menghiasi lesung pipiku dengan semburat keceriaan. Gantikan, tidur tanpa mimpi yang membuatku lupa berimaginasi dan tuan.

Tuan, bisakah tuan mengajariku menari? Lenganku akan mengikuti otot kaki depanmu, lalu kakiku akan mengikuti iramamu. Bukan lagu yang menjadi pengiring, hanya cahaya rembulan dan suara desir angin memaksa rumput ikut menari. 

Tuan, bisakah tuan mendekap aku erat? Supaya dingin tubuh dan hatiku tertimbun, digantikan dengan hangat tubuhmu yang berbulu lebat.

Tuan, dengarkah bunyi itu tuan? Sudah kututup-tutupi, tapi kurasa tuan mendengarnya.
Itu degup hatiku dan resah nafas tuan.

Jakarta, 7 November.

Comments