Atap yang mana?

Biarkan aku terbiasa.

Bukan aku yang berhak naik di atas pohon. Aku hanya sosok yang menegok ke atas, berharap ikut menggapai dahan itu. Lalu mungkin aku akan melihat sosokMu.

Tapi, aku tidak di atas sana. Dan Dia juga tidak menyapaku. Dia tidak menumpang di rumahku.

Jadi, biarkanlah aku terbiasa, biarkanlah aku terbiasa ini dan itu. Lalu aku lupa akan soal yang menggelitik hatiku, soal kerinduan aku bertemu denganMu, di bawah atap segitiga.

Lagi-lagi, kataMu, bukankah Kamu ada di atap sini atau di atap sana? Apa bolehkah aku berpindah atap, karena tanpa mereka aku sudah berlari menjauh, dan aku tahu mereka tidak mengejar.

Apa mungkin saja tanpa ditulis, saat itu ada yang menerima pelukanMu selain dia yang naik di atas pohon?

Comments