Satu tanpa dua

Aku tidak tahu. Tidak juga kamu.

Rasanya lebih banyak memalingkan muka daripada sejenak menatap. Di mana sebenarnya ruang untuk terus menyapa, atau sekedar bertukar kabar?

Mungkin saja, ada baiknya pertemuan berakhir atau perkenalan cukup sampai di tempatnya. Tidak lagi meluas, atau tidak perlu sampai menaruh luka. Terlalu banyak cerita yang membuat kamu tidak akan peduli lagi, atau mungkin sebaliknya.

Ya, mungkin saja aku yang terlalu tidak mengerti. Saat tersenyum bukanlah selalu aku harus lakukan, menolak bukan selalu harus mengiyakan, atau berdebat bukanlah selalu harus mengalah. Tidak. Hanya saja cukupkanlah aku dengan kamu yang mau sama-sama mendadani cerita, tanpa harus menulis bersama. Dan cukupkanlah aku dengan kamu yang mau sama-sama menggambar, tanpa harus diakhiri dengan estetika.

Cukupkanlah aku dengan kamu yang mau sama-sama menari, tanpa harus menoleh untuk seirama.

Comments