Doa

Aku bersiap untuk melangkah ke dalam.

Aku sudah mulai melangkah, dengan perlahan aku rajin mengucap doa, mulai dari diriku, keluargaku sampai mereka, siapapun yang terucap dari bibirku. Rupa-rupanya tanpa sadar aku sudah sampai di tengah, di tempat Tuhan berada, tujuanku malam itu.

Aku masuk ke dalam lingkaran itu, awalnya aku bersujud tapi aku lebih merasa nyaman ketika aku duduk biasa. Ku tekuk kedua kakiku, memeluknya sambil sambil menggenggam jemariku untuk kudekap di tubuhku. Awalnya aku bingung, namun begitu alunan lagu yang baru mulai diputarkan, aku kemudian mulai berdoa.

Isi doaku membayangkan aku seperti anak kecil sedang menari dengan Tuhan, dengan bebasnya sambil bernyanyi. Kami rupanya ada di padang rumput yang penuh dengan bunga. Indah, damai dan nyaman. Tuhan memelukku erat. Aku pun jatuh cinta denganNya.

Lalu dengan apa adanya aku, kecil, hitam,  berdosa, aku memohon untuk Dia mengosongkan aku, supaya aku ga penuh dengan kekelaman kehidupan.

Ku berjalan dengan pasti. Memohon Tuhan akan mengisiku saat ku melangkah untuk kembali ke pintu utama. Dia membisikkanku, mirip dengan ayat Alkitab yang sering kudengar, "Jika kamu sungguh mengasihiKu, kamu pasti akan rela berbuat apapun untuk mereka." Mereka siapa Tuhan? Mereka yang bukan aku, bukan untuk diriku saja, tapi dengan orang lain yang dengan mudahnya bisa kutemui di mana saja.

Sampai di pintu keluar, sekali ku tengok ke belakang, berharap Tuhan menguatkanku dengan percaya, janjiNya ketika aku mencari Tuhan Ia akan mengajakku ke padang berumput dan berbunga bunga. Nyaman, damai dan menyenangkan.

Jakarta, 12 Januari 2017
Doa labirin

Comments