Sesuka-sukamu

Sesuka apa kamu pada pohon pinus yang hampir pudar kalau kabut menyentuh daunnya?

Jika suara gemuruh itu mendebarkan jantung dan tapak kuda menari-nari dalam ingatanku. Debu menjadi teman bukan lawan, panas menjadi terang bukan terik dan langkah menjadi ringan seperti kaki yang tidak terikat dan gelisahmu hilang.

Rumahku adalah kaki yang melangkah, temanku adalah orang yang berlalu lalang dan perasaan itu tumbuh. Alam adalah rumah. Semesta adalah anugrah.

Bila saja kita bisa saling bertatap mata lagi, dengan rumput yang menari, hamparan bunga yang berlomba menebar wangi. Aku mau kembali di waktu berhenti mengejar. Aku mau bersandar sampai bintang menyapaku dalam gelap dan bulan menjanjikanku teman.

Tertidur dalam lelap tapi lengkungan bibirku tidak bisa bersembunyi. Jatuh untuk mencintai semesta yang baru saja aku menggenggam tangannya saat kuajak berkenalan.

Sesuka apa kamu pada hari di mana sinyal hp mu hilang dan yang kamu punya adalah kawan yang harum parfumnya kamu kenali, rautnya bisa kamu tebak, dan rangkulannya bisa kamu rasa.

Bromo-Batu,
Hidupi harimu

Comments