Surat untukmu

Kalau kuhitung-hitung.

Ini kali ketujuh aku berkunjung ke kotamu. Kusebut kotamu karena aku hanya bertegur sapa sebentar lalu kembali pulang.

Pertama kali mengenalmu saat aku tinggal di Malioboro ditemani kakak. Saat itu aku masih malu-malu, aku masih sulit mengeja sudut-sudut jalanmu.

Kali keduanya tumbuh untuk jatuh cinta kepadamu. Tiga bulan cukup untuk mengenalmu dan berbagi sore sampai malam. Aku mengerti teman yang berbeda dan memanggilnya saudara. Tiada malam yang terlewat tanpa mengucap kata syukur. Karena saat yang sedih dan sepiku jadi cerita yang bahagia. Berkenalan dengan alam, mendengar bahasa angin dan mencicipi air laut.

Kali ketigaku aku sempat menyapamu lagi, tapi hanya sebentar. Menemani kakak menelusuri kota Jogjakarta naik sepeda pinjaman. Istimewa.

Pergi bersama teman seperjuangan adalah ceritaku yang berharga. Kesempatan menyapaku memuaskan mata hati dan pikiranku untuk mencintai alam. Perjalanan keempatku.

Tanpa sengaja aku bekerja di tempat kerja di mana ada kantor di sana. Aku pun bertualang ke Karimun Jawa, keliling kota dan berbagi ceria. Ini kisah ke limaku.

Keenam aku main ke Jogja lagi, sambil kerja aku banyak menghabiskan waktu untuk bermain lagi. Kenal banyak orang, menikmati banyak cerita.

Kali ketujuh aku akan ke sana nanti.

Aku bertanya-tanya sampai berapa kali aku harus pulang pergi darimu, sampai kapan aku bisa menetap di sisimu?

Jakarta,
Kangen

Comments