Musim hujan

Hari itu aku membuktikan ketakutan itu harusnya aku lawan bukannya aku hindari. Ada banyak keraguan saat mencoba, bukankah setiap langkahmu adalah perjalanan yang seharusnya kamu nikmati?

Pasrah bukan artinya tidak melawan, dan berani bukan sama dengan menentang. Aku menyaksikan banyak hal yang tetap indah jika ia kulihat terbalik. Apa yang seringkali aku pikirkan ternyata mungkin tidak selalu begitu. 

Aku pernah membuka lebar kedua mataku menyaksikan kincir raksasa terbalik, aku pernah melihat pohon di angkasa, karena bukan tanah yang aku pijak.

Tidak apa-apa, rasa takut kadang baik untuk membuatmu lebih berani. Setelah itu kamu akan keluar dengan lebih bangga.

Berkeluh kesah adalah musuh dalam selimutku, aku nyaman bersembunyi di dalamnya tetapi aku tahu itu hanya momok yang mencoba menggerogoti akal sehatku. Aku berlari di dalam waktu yang terbuang sia-sia karena kepadatan kota seakan membunuh kesempatan untuk bersantai. Aku di sini, di luar lagi-lagi hujan. Hanya ingin pulang. Menemui rumah untuk pulas bermimpi.

Langit keorenan setelah hujan, lampu menemani sore dan aku merindukanmu.

Tulisan ini sengaja kutulis sesembarangannya. Biar siapapun sendiri belajar merangkainya.

Jakarta,
Musim hujan jalanan macet

Comments