Rumah

Mari kita pulang. Ke sebuah rumah yang di dalamnya tidak ada sekat, tidak ada andai-andai, hayalan, dan ketidakpastian. Pertanyaan itu hanya sebuah kata tanya yang jika kamu berputar untuk mendapatkannya, tetap kamu tidak bisa menyelaminya. Lalu perasaan adalah anugrah yang membuatmu bisa menentang pertanyaan, membebaskanmu dari aturan.

Pulang tidak akan membuat kita bersembunyi satu sama lain. Tidak akan ada topeng yang terhias di wajahmu, tidak juga di wajahku. Rumah tidak akan sanggup kita bohongi jika setiap hari kita merindukan rumah.

Memang, kita tidak tahu ke mana arah tujuan kita. Apa rumahmu itu yang kusebut rumahku? Aku tidak tahu apapun, malas untuk menerka-nerka atau bermain dengan rasa itu. Karena aku ingin pulang, lalu tidur di dekat kamu. Berselimut bintang di malam hari.

Aku tidak perlu takut, kita akan menemukan rumah. Bukankah kamu di sini, di dalam hati dan pikiranku?

Jogja ke Jakarta
di suatu malam perjalananku menuju rumah.

Comments