Memimpikan rumah

Di sana kupersilakan kamu duduk dan kita mengobrol sampai puas. Bercerita apapun yang bukan tentang kita, musim hujan yang sudah berganti jadi panas. Aku ingin mendengar apa saja, cerita kita tidak selalu ceria seperti jajanan rambut nenek di jembatan bis atau gulali di pasar malam.

Suatu hari tidak ada tanda tanya di antara kita, pula tidak ada pernyataan. Diam menembus tulang-tulang manusia, malam menusuk dan membuat lubang jemari kita. Pagi di ibukota membuat aku tidak lagi pandai melihat samar-samar gunung dari arah selatan. Malam pun tanpa bintang.

Ada ribuan cara untuk menjadikan rumahku nyaman dan tidurku pulas. Pohon hijau di beranda rumah, burung yang berkicauan dan sepenggal pembukaan film teletabis sebelum tidur. Ada rasa rindu untuk berpergian karena tanpa pergi aku tidak akan bisa merindukan pulang.

Comments