Aku di puncak

Terlalu indah untuk dilupakan dan terlalu menyenangkan untuk disimpan sendiri.

Aku jatuh cinta denganmu semesta, saat kakiku kupaksa menanjak batu-batu, ada kelelahkan dan ketakutan. Gelap tanpa tahu kapan akan sampai di puncak, sekali-kali aku melihat ke bawah banyak sinar-sinar senter para pendaki lainnya.

Pernah ingin menyerah, tetapi katanya kita tidak butuh fisik yang kuat, tetapi pikiran yang kuat. Maka jalan perlahan-lahan jadi pilihanku. Aku masih ingat doaku "Satu kali ini saja ya Tuhan, izinkan aku sampai di puncak Rinjani."

Tuhan mengabulkan si pemula yang kurang persiapan ini untuk menikmati satu hari dengan mentari pagi yang sangat cantik. Rasa lelahku hilang ketika aku melihat orennya matahari menyapa bermacam-macam orang di atas sana menikmati momen ini, inilah Indonesiaku. Aku terlalu kecil untuk bersombong atas apa yang aku punyai dan pernah aku raih. Di sinilah manusia belajar untuk bersyukur, karena bagiku menemui alam seperti menemui Sang Pencipta dengan caranya yang luar biasa mempesonaku.

Langit biru dengan lautan awan yang cantik, Danau Segara Anak terbentang di hadapanku begitu halnya dengan track summit yang subuh hari itu aku lewati. Lagi-lagi aku terkagum, terima kasih untuk teman-teman seperjalananku, keberanianku, canda dan tawa yang menyenangkan, lagu dan petikan gitar di tengah danau atau beralaskan pasir pantai, teman main yang asik, teman curhat sebelum tidur, terima kasih semesta. Terima kasih Tuhan.

Lombok, Gili, Sumbawa
Mei Juni 2018

Comments