Toko kue tua

Aku akan jadi buku yang kamu baca di pinggiran toko kue tua di tengah kota. Kacanya berdebu, kayunya kokoh walau sudah terlihat reot. Lantainya bermotif biru campur merah. Kamu memesan secangkir teh tarik panas dengan craker tawar di piring kecilnya. Kamu memilih aku dari sekian banyak buku di rak buku gratis di samping kasir. 

Dua jam kamu duduk di samping jendela. Diluar terik, mungkin itu sebabnya kamu betah duduk di sana. Mungkin pak kasir akan bertanya padamu isi buku itu karena kamu terlalu asik membaca.

Aku bukan buku pengetahuan, bukan buku yang membuatmu pintar. Aku bukan buku sejarah. Bukan buku puisi dan cerita pendek yang membuatmu terharu. Aku hanya buku tua berkisah tentang cinta seorang anak kepada impiannya. Memasukan impiannya dalam balon warna-warni, jika aku berhasil genggaman itu akan aku lepas menuju langit-langit kota yang berhiaskan senja.

Aku melihatmu sesekali terangguk-angguk, ya, ceritaku bisa saja mirip ceritamu. Kamu berhati-hati dengan impian. Dahimu berkerut saat aku berucap “Impian tentang cinta milik setiap makhluk di bumi”.

Bajumu putih polos, rambutmu di belah seadanya, celanamu kamu lipat berantakan. Sesederhana penampilanmu, apa pikiranmu sesederhana itu juga tentang cinta? Aku tidak mau menebak-nebak. 

Kamu mengaduk-aduk teh tarikmu yang sudah hampir dingin. Minum dulu, akan aku simpan ceritaku selanjutnya untuk besok pagi. Temui aku lagi di tempat ini, di sudut jendela toko kue tua tempat aku suka melihatmu membacaku.

Comments