Di renggang hujan

Titik-titik renggang hujan mengisi jarak di antara sepi. Dinginnya hujan menghangatkan kedua makhluk yang merindukan cinta. Cinta bukan milik manusia saja, ia milik semua makhluk yang bernafas. Berkelana, beristirahat, sehat ataupun sakit.

Hujan, ia milik semesta yang tidak pernah marah saat di bentak atau terlalu senang saat di rindukan. Tidak peduli langit lagi mencurahkan sumpah serapahnya kepada bumi, tidak peduli apa perasaan dan pikiranmu saat itu.

Di sela-sela hujan turun ada kehangatan untuk saling mendekap. Waktu untuk melupakan kekurangan dirinya sendiri ataupun orang lain. Karena hujan, dua sejoli berdekatan dan duduk bersampingan.

Satu-satunya waktu menghentikan laju manusia yang terburu-buru, bukan?

Hujan.

Satu-satunya waktu yang kurindukan hingga aku tidak mendengar apapun selain nyanyian hujan dan mencium wanginya yang bercampur tanah.

Comments