Dua musim

Rintik hujan bercampur dengan bau tanah tanda musim kemarau sudah usai. Bermusim-musim sudah dilalui, selesai sudah kerja keras. Lalu bagaimana menjalani musim hujanmu?

Kelak di tengah perjalananmu ada pertanyaan yang tidak tahu jalan pulang, ada ragu yang menyusup memaksa masuk hingga retak tanah yang kamu bangun. Ada kelelahan di setiap helai rambut putihmu.

Terik maupun hujan sama-sama melambankan kakimu, enggan berjalan, tidak mau keluar. Bukankah waktu yang berkuasa menemukanmu dan ia juga yang mampu memisahkanmu? Tidak ada jalan untuk kembali, kamu perlu hanya musim hujan ditemani secangkir teh hangat tanpa gula dan ceritamu tanpa ditambah bumbu keegoisan.

Comments