Derap-derap malam

Malam hari sangat dingin dengan berbagai alasan bintang absen lagi. Derap kaki bulan tidak terdengar di telingaku karena mungkin aku tidur terlalu cepat. Bulan sudah buru-buru tetapi tidak juga terkejar, bahkan di mimpiku tidak.

Di kamar ada gitar yang tertutup rapat berharap dinyanyikan tetapi berbagai alasan pemiliknya malas. Suaranya sumbang, tunernya rusak tidak menyala karena sudah usang. Gitar menangis merasa dibuang sia-sia tanpa sisa yang berarti, padahal ia pernah tampil di panggung-panggung megah.

Suara menjadi sayup, mata mengantuk, doa tidak selesai diaminkan. Rasa tidak berhasil dimainkan, tidak berpura-pura dan tidak pernah punya petunjuk arah. Pekat dan hitam seperti malam yang mengguyur waktu menjadi jam yang selalu kehabisan detik. Tersipu malu lalu pulang dengan terhuyung. Mendekat dan dekap senja yang tidak bosan menemani matahari yang lesu.

Comments