Dunia di balik bola matamu

Dunia yang aku bangun ada di bola matamu. Setiap mata yang tidak lelah aku tatap. Sudah seberapa jauh aku bercerita dan seberapa jauh kamu mendengar. Dunia milikku ada di bola matamu, hai para penikmat hidup. Sosok anak kecil yang bermimpi besar, sosok orang tua yang rajin menuai keluh kesah.

Dunia yang aku bangun cukup besar, tidak terlalu sempit tapi tidak serumit labirin. Ia seperti gelas kosong yang haus diisi air. Seumpama balon yang diisi udara, pada waktunya akan sama-sama mengembang. Tetapi saat meledak ia dinilai orang bersih atau keruh. Apa sudah berguna atau hanya sepintas lalu.

Dunia yang aku bangun bukan taman bermain yang cantik penuh gulali berwarna-warni. Tidak ada balon dan komedi putar.  Hanya ada hamparan rumput hijau luas di penuhi bunga-bunga kecil yang ditengahnya bisa kunikmati senja dari pantulan danau. Seberapa gigih aku mempertahankannya, hamparan hijau itu bisa layu pada saat musim kemarau. Bunga-bunga bisa layu jika tidak di rawat dengan baik.

Dunia yang seperti apa yang ingin aku bangun nanti? Seberapa kuat aku bertahan, seberapa kuat aku belajar banyak hal dari orang lain namun menjalani hidup dengan caraku sendiri. Seberapa aku bisa menerima kekuranganku dan seberapa aku kuat untuk menghadapi badai cemooh manusia-manusia lain.

Dunia yang aku bangun tetap ada di bola matamu. Berkelana mencari hamparan rumput dengan menikmati senja, tidak usah terburu-buru untuk jadi beban. Bagaimana kita nikmati dunia selagi bisa?

Comments