Si Dedek

Si kecil namanya Dedek. Karena ia punya kakak.

Terlahir sempurna tapi ia terhambat pertumbuhannya. Si Kakak tumbuh jauh lebih cepat daripada Dedek. Saat Kakak bulunya sudah hampir sempurna, Dedek masih botak. Aku bisa melihat perutnya yang penuh makanan yang kuloloh sendiri. Seperti transparan. Hehe.

Dedek suka berbunyi Ewk Ewk, seperti alarm handphone yang membuatku suka bangun lebih pagi untuk memberi makan Kakak dan Dedek. Pulang lebih cepat untuk bermain bersama mereka. Dedek pernah lemas dan tidak mau makan. Aku paniknya bukan main, matanya hanya terpejam saja. Ternyata setelah diberi madu, Dedek kembali pulih dan mau makan. Madu membantu memberikan energi rupanya.

Cepat tanpa terasa, Dedek punya bulu dada dan bulunya sudah mulai tumbuh memenuhi kepalanya. Ah selain itu, Dedek juga punya kesulitan berjalan dengan baik karena kakinya agak split sejak di kandang mak dan paknya. Sudah aku ikat pakai kain untuk terapi, tetapi karena tidak nyaman Dedek suka melepasnya.

Dengan sulit berjalan dan bertengger, Dedek juga lebih lambat belajar terbang. Sedikit demi sedikit, hap, lagi, hap, jatuh lalu ia coba lagi. Sampai akhirnya ia sudah bisa mengelilingi kamarku dengan hebatnya. Bermain di bunga matahari, makan bunga kering, berkaca tanpa bosan atau bertengger di pundakku tidak mau turun.

Ah, Dedek.

Comments