Janji kebebasan

Kebebasan adalah barang mahal, yang tidak bisa aku pungut di pinggir jalan.

Ia berkelompok di balik jeruji, mengemis minta di bukakan. Tetapi aku tidak punya kuncinya. Aku tidak punya uang untuk memerdekakan kebebaskan. Karena aku juga tidak bebas.

Ia membatasi senyuman di wajahku, apalagi tawa. Memperlakukanku seperti budak. Mengambil hak kekanak-kanakanku. Membatasi ruangku. Menuntut aku ini dan itu. Sedangkan aku bertanya-tanya, bukankah aku manusia merdeka? Di mana kebebasan?

Sama halnya ribuan orang melakukan aksi demo, mengkritisi apa yang menurutnya salah. Berdebat untuk mencapai kesepakatan. Membuat jalanan besar di tutup dan susah akses untuk pulang. Katanya pemerintah tidak merespon. Siapa yang salah? Aku tidak tahu, semoga masih ada harapan untuk memerdekakan kedamaian.

Sedangkan janji, mudah kutemui. Ada di tengah jalan raya, di gang penuh tikus rakus, di gedung-gedung mewah yang di jaja seperti barang mewah yang membuat hati lelah. Janji jadi barang murah, yang bisa aku bawa pulang, aku timbun di samping tempat tidurku. Setiap malam tiba, aku buka satu persatu janji sampai aku tertidur pulas.

Comments