Cinta imajinasi

Rambut hitam itu mengingatkanku pada ketakutanmu saat pagi tidak kunjung tiba dan kau terjebak di dalam realita kebohongan. Jalanmu sempoyongan karena kakimu tidak sekuat dulu, tidak seperti kau saat memboncengku naik sepeda ontel hitam tua yang aku beli di pasar. Jemarimu tidak lagi menggenggam tanganku, seperti orang asing kau berjalan melewatiku. Bahkan tidak ada salam keluar dari mulutmu. Hanya tersisa kata-kata yang bertengger di tenggorokanku, ingin kuucapkan tapi kau sudah tiada.

Berkali-kali aku coba mengingatkan kau untuk pulang. Singgah di tempatku, ada danau biru tidak jauh dari rumahku. Ada hamparan rumput luas ditumbuhi bunga yang mekar saat musim hujan. Tetapi kamu menolak, karena kata kau sudah cukup waktu kita. Kini lebih baik kau memilih sendiri, pergi dari ruang yang sudah kususun rapat bersamamu. Mengubur impianku di masa depan dan di gantikan dengan ketakutanku yang hitam pekat. Seperti rambut milikku yang aku semir sejak kepergian kau.

Comments