Harapan

Kau pun tidak pernah tahu rasanya pulang yang membuatmu mengganggapku rumah. Ya, rumahku seperti kubik yang rumit, yang tidak bisa mengandalkan keberuntungan untuk bisa menyelesaikannya.

Rumahku tidak penurut, tidak bersih dari dosa, isinya pertengkaran meributkan apa yang benar dan yang salah. Gelap karena dingin, silau karena terik. Lalu apa kau pernah merindukan rumahku?

Sama halnya denganku. Aku tidak akan pergi ke manapun, karena aku tidak punya rumah lagi. Temboknya kuruntuhan, atapnya kubiarkan terbuka supaya malam menerangi tidurku dan bulan menyanyikan lagu untukku. Aku kubur jauh harapan, supaya suatu saat, mungkin ribuan tahun, ia akan tumbuh jadi sebuah harapan bagi seorang anak kecil yang lebih berani dalam hidupnya.

Tetapi anak kecil itu bukan aku.

Comments