Dua arah

Telingaku jadi tempat untuk menumpahkan isi hati yang datang mampir. Aku dengan kuat mencoba menerima, membantunya untuk keluar dari kesusahan, belajar tegak, menghargai waktu yang membuat lebih kuat.

Tetapi isi kepalaku sama, ribut seperti ombak di pantai. Gemar kesana kemari, sibuk bertanya dan menebak-nebak.

Mungkin setiap orang punya ombaknya masing-masing, punya rasa takut dan gelisah lalu merindukan rumah untuk bersandar. Di sana walaupun ombak dan langit kelabu, aku bisa duduk nyaman tanpa takut apapun.

Aku punya pencipta yang paling hebat, yang tidak membiarkan malamku terlalu gelap untuk aku jalani sendiri.

Comments