Harapan di tengah terik

Akan kutemukan sisa-sisa harapan. Jogja masih hangat-hangatnya, matahari baru saja menguning untuk bercampur dengan keabu-abuan langit. Aku masih ingat dengan jelas, derap langkah kita yang tidak pernah bergerak mundur. Seakan berkata yang lalu sudah biarkan saja. Maju sekarang untuk yang di depan mata kita, begitu katamu.

Aku masih ingat senyumanmu yang seakan bicara, semua akan baik-baik saja. Petir, badai dan yang lebih menakutkan yaitu kesendirian yang kesepian. Merindu rumah, seperti aku merindukanmu.

Sampai jumpa lagi sudut kota di mana aku akan selalu belajar berlari, mengisi satu persatu kenangan di kota Jogja di kantong celanaku yang tidak akan kubiarkan bolong. Seperti kata penyair terkenal, "Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan."

Comments