Sempurnakan

Lagi lagi, aku dilanda rasa campur aduk. Terkadang kita sebagai manusia bisa sangat protektif terhadap sesuatu. Kita ingin tahu segala sesuatu, ingin cepat-cepat abu-abu di depan kita berubah jadi warna seperti pada film WandaVision. Tetapi, tunggu, waktunya akan segera tiba.

Pernahkah kita merasa kesal lalu kita jadi lupa untuk membedakan mana yang sehat dan mana yang tidak? Lupa harusnya kapan kita bertingkah dewasa, walaupun yang jadi lawan kita mungkin lebih dewasa dari kita. Berhenti kekanak-kanakan, berhenti menjadi sok hebat, berhenti untuk menuntut.

Tiba-tiba di malam yang hening, ketika semua orang terlelap di rumahku, aku terpikir oleh waktu yang tidak pernah kita dapat pahami. Mungkin kita bisa berandai, menghitung, memprediksi, membuat rencana, tetapi dengan mudahnya semuanya bisa berhenti sekejap, entah disaat kita sudah siap atau belum.

Bukan sesuatu yang terlalu dini, jika aku menulis tentang kematian. Siapa yang bisa menjamin umur panjang? Sekejap, aku sadar, doa harus lebih sering diucapkan, dan ketegasan harus lebih sering dilakukan, dan mengalah harus pada tempatnya.

Mungkin di umurku yang sebentar lagi genap 28, aku ingin meminta kebijaksanaan, sehingga aku tahu mana yang baik, mana yang benar, mana yang butuh kuperjuangkan, mana yang harus kutinggalkan. Terlebih itu, aku mau benar-benar mengucap syukur untuk kesempatan menikmati 27 tahunku, yang aku sadar tidak semua orang bisa merasakannya. 

Entah di mana posisiku sekarang, entah bagaimana orang lain menilaiku, entah di mana kesuksesan, kecantikan, ketenaran, materi dan kesejahteraan menjadi tolak ukur. Aku bersyukur karena aku sudah merasa cukup untuk mengambil hening, terima kasih.

Comments