Si perempuan

Jadi berhari-hari aku mencari tahu. Siapa yang sebetulnya salah, siapa yang benar. Siapa yang memang terlalu banyak inginnya, siapa yang mengalir aja seperti ikan mati.

Tentu saja aku, si perempuannya. Emang perempuan itu pemilih kok. Wajar, naluri sebagai calon ibu. Hehhehe.

Tapi aku tidak peduli dengan semua itu, jika aku hidup sendiri nantinya. Toh aku cukup yakin, sekarang, aku bisa hidup sendiri. Sendiri ya, bukan punya keluarga.

Kalau lihat sosial media, orang-orang seumurku sudah banyak yang menikah. Bahkan ga lama udah punya anak. Entah kenapa, aku merasa mereka seperti magic. Buatku, rasanya perjalanan itu masih sangat jauh. Belum terbayang! Bahkan takut untuk membayangkannya.

Tentu saja, aku si perempuan yang senang dengan janji. Tetapi aku juga si realistis. Karena siapa yang bisa menjamin janji dan angan-angan? Siapa yang bisa menjamin perubahan? Bahkan aku pun sering gagal. Siapa yang bisa menjamin rumah yang nyaman? Siapa yang bisa menjamin masa depan? 

Masa depan harus dibayar dengan keringat, jika memang mau dan ada niat. Kalau tidak, tunggu waktu saja yang memisahkan. Hihi

Comments