Masa tua Tuan Waktu

Ketika tuan waktu semakin menua. Ia berkunjung pada suatu malam. Ia bercerita tentang kesempatan. Andai aku bisa berkemah pada sebuah cabang waktu, ia akan menghabiskan waktunya mencari apa yang ia ingin ia raih. 

Tuan waktu sadar ia tidak bisa kembali muda. Ia hanya bisa menulis sebuah jurnal penyesalan, “Aku memang tidak bisa diputar kembali karena aku anugerah.” Sambil minum kopi di tengah malam yang gelap, ia bergumam semoga anak muda sekarang tidak seperti dirinya, yang terlalu gemar berbicara tapi tidak memulai. Generasi suka membuat perbandingan, tetapi tidak mengejar apa yang ia inginkan.

Kini tuan waktu tidur beralaskan penyesalan, berselimutkan mimpi yang tidak ia kejar karena selalu takut. Sampai ia sadar, ia sudah terlanjut tua.

“Aku memang takut menjadi tua, tetapi percaya, penyesalan di masa tua lebih menakutkan.”

Comments