Chapter

Belajar itu bukan hanya dari bangku sekolah. Bukan sekedar hitung menghitung, menghafal. Tetapi lebih dari itu. Setuju? Pasti kamu juga setuju.

Bicara di depan orang banyak, bagaimana negosiasi sesuatu, bagaimana berempati. Aku tidak mendapat itu di sekolahku, di 22 tahun pendidikan. Mungkin harusnya bisa belajar di lingkungan keluarga, tetapi aku yakin hanya sedikit dari kita yang mendapatkannya.

Seperti mata koin, selalu ada dua bahkan lebih sudut pandang. Kalau kamu masih ingat peluang di matematika, yang aku ga bisa-bisa itu, selalu ada opsi lainnya. Jika tertutup oleh pikiran sendiri, keegoisan dan ketakutan berakhir buntu.

Di satu hal aku mampu melewatinya, di hal lain mungkin aku terlalu menggenggam terlalu erat. Tetapi lagi-lagi hidup adalah misteri, kadang terlalu mudah untuk tertawa, tapi jangan lupa ada banyak tangis dan perpisahan. Tamat adalah hal chapter yang biasanya muncul di akhir sebuah buku, tetapi nyatanya di kehidupan Sang Pencipta kreatif untuk membuatnya di tengah-tengah. Tanpa alasan, tanpa aku bisa bertanya.

Oleh karenanya, aku mau bersyukur untuk setiap hal yang bisa aku nikmati. Hari ini mereka masih ditengah-tengah kita. Jangan lupa, Tuhan yang punya waktu.

Comments