Terang

Kalau di kepercayaanku, ada sebuah tulah yaitu tulah gelap gulita. Ga kebayang gimana rasanya gelap gulita selama 3 hari, yang sangat gelap yang dirasakan oleh orang Mesir.

Kamar aku dan kakakku listrik dan AC nya itu gabung. Kejadian 5 hari yang lalu, aku perlu mencharger laptop di kamar karena mau dibawa pergi. Kamarku ini listriknya unik, setiap kita menancapkan ke stop kontak, entah lampu akan berkedip, aliran listrik akan hilang berapa lama, setengah hari pernah, dan yang terparah ini lima hari.

Rasanya begini mengandalkan matahari saja. Rasanya begini mungkin tinggal di pedesaan yang hanya bisa pakai lampu templok, atau senter handphone. Ini hanya listrik di kamar aja ya, diluar pintu kamarku semuanya terang dan aman.

Gelap saat kita tidak mengharapkannya, rasanya tidak nyaman. Tidak tahu apa yang bisa bikin kita jatuh karena tersandung, atau perasaan takut karena kita merasa sendiri tanpa bisa melihat sesuatu dengan jelas.

Ribetnya pindahin komputer keluar kamar demi bisa bekerja, repotnya harus charge handphone diluar tanpa bisa main sambil selonjoran di kasur.

Satu hal yang aku petik dari hal ini. Ketika kita masih punya, kita lupa itu adalah sesuatu yang berharga. Kita sibuk mencari orang lain punya, aku sibuk merengek mau staycation di luar kota, aku sibuk mengeluh.

Sekalinya kita kehilangan, kita baru menyadari kalau yang kita punya kemarin itu berharga. Orang lain, tidak semuanya punya, apa yang aku baru saja kehilangan.

Satu lagi, listrik kalau udah tanda-tanda rusak harus cepat diperbaiki ya.

Comments