Siang malam

Aku selalu rindu tempat aku bercerita, seperti berpuluh tahun lalu, ice cream ditemani kentang goreng. Rasanya aku tidak banyak berubah, hanya lebih banyak uban di kepala dan kerutan di wajah.

Seperti seorang kekasih, aku selalu rindu tempat aku bercerita. Malam hari jadi teman yang paling baik. Melihat langit pada malam setiap hari aku sedang bersedih atau bergembira.

Derap-derap langkah kaki manusia yang berlabuh pada tempat yang sama, lalu kembali sibuk dan riuh. Tidak lupa tempatnya berlabuh, tapi tidak kembali menoleh ke belakang.

Akupun harus seperti itu, aku harus melupakan apa yang dibelakangku. Memilih berjalan dengan ketidakpastian itu sulit. Seperti batu yang diisi sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya jika aku kalah aku akan tenggelam.

Dengan segala keraguan aku mau percaya kalau aku bisa. Walaupun aku merasa tidak bisa, walaupun aku takut ditolak, walaupun jalan di depanku kelabu.

Tetapi aku janji, akan kupakai hari demi hari dengan baik. Sekedar membersihkan rumah, membantu orang tua, menggambar dengan suka suka, merawat kucing dan burung, melamar pekerjaan, mengecek email, belajar hal yang aku tidak bisa, dan berlatih yoga.

Bukannya katanya mari berusaha dan Tuhan berikan jalan? Jalanku terasa sempit dan kelabu, tetapi aku akan bersandar pada janjiNya. 

Comments