Arah

Tuan, tidak tahukah, jemariku seperti hilang harapan saat dihadapkan dengan sebuah kertas kosong. Menulis membangun lagi harapan, yang sudah aku buang satu persatu diperjalanan menuju rumahmu. 

Aku bergerak, tuan, kau pun bergerak. Bergerak perlahan menuju rumah yang kian menjadi abu, dan tanda tanya menjadi tuannya.

Pernahkah tuan kau berpikir, ribuan hari yang telah kau jalani runtuh dalam sehari. Ketakutan terbesarku, tuan. Tapi bagaimana lagi aku harus bertindak?

Badai di sekitarku, haruskah aku sendiri yang memadamkannya? Saat yang lain tuan, berjalan bersama-sama. Sungguh aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya ingin duduk menatap langit. Aku hanya ingin kembali menjadi anak kecil.

Tuan, jika pada akhirnya, jalanku tidak searah lagi dengan langkah kakimu. Sudah tidak apa-apa ya. Aku tahu kau lebih kuat dari yang kau bayangkan. Begitu pula aku.

Comments