Tanah yang subur

Masih dengan hiruk pikuk dunianya, aku berdiam diri pada suatu malam yang terang bulan. Dalam hening dan ketidaktahuan, banyak rasa, ingin aku sebut satu persatu tapi aku tidak tahu apa sebabnya. Yang aku tahu aku gemar meminum pil hijau untuk asam lambung diselingi kopi. Bergumul dengan takut, seperti biasa, berusaha kuat, berusaha baik-baik saja, tetapi aku lemah. 

Mudah-mudahan jadi teman baik. Dalam diam, aku rindu rumah yang memelukku tanpa dihakimi, aku rindu berkata apa adanya, aku rindu menang karena tidak marah. Tetapi penolakan, kebingungan, ketidakpastian, dan kebosanan kadang membunuh semua yang baik yang pantas sekali untuk aku syukuri.

Pikiranku ingin singgah, menjauh dari kenyataan. Aku belajar untuk rela, belajar memikirkan banyak kemungkinan, belajar untuk menagih sebuah janji yang aku tidak tahu kebenarannya. Bukannya sulit menjadi dewasa?

Semoga banyak cerita yang membawaku kembali mengerti dan belajar hidup. Setahun ini aku belajar untuk berdamai, dan berani untuk mencoba lagi. Siapa yang akan terus menyayangi hidupku nanti? Ya tetap aku. Berteman dengan diri, mengenalnya lebih lagi, janji akan aku agendakan hingga akhir tahun ini. Sisanya berjuang, sudah setengah tahun berlalu, aku takut dibalap hari-hari yang larinya cepat sekali.

Comments